menu bar

Senin, 17 Desember 2012

PENERAPAN BIOSEKURITI PADA PEMBENIHAN IKAN



PENDAHULUAN
   Usaha perbenihan perikanan ikan terutama kerapu telah berkembang sejak awal tahun 1995 yang dirintis oleh pemerintah bersama dengan masyarakat. Telah  tumbuh dan berkembang pesat 
pada beberapa tahun terakhir. Pada perjalanannya pembenihan ikan kerapu mengalami beberapa kendala terutama masalah penyakit yang berkorelasi langsung pada produksi benih yang akan dihasilkan.
Jenis penyakit yang biasanya menyerang ikan kerapu adalah VNN (Viral Nervous Necrotic) dan sampai saat ini penyakit viral ini belum diketahui cara pengobatannya. Yang bisa dilakukan oleh para pengusaha perbenihan adalah meminimalisir adanya serangan penyakit pada unit pembenihan. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan konsep biosekuriti secara sistematis dan konsisten.
Di Indonesia khususnya sektor perikanan, istilah dan pelaksanaan biosekuriti masih sangat relatif baru sehingga konsep ini belum banyak diterapkan. Paling tidak ada dua hal yang menyebabkan para pembudidaya belum melaksanakan program ini, antara lain kurangnya pengetahuan dan miskonsepsi terutama tentang besarnya biaya dalam penerapan biosekuriti tanpa mempertimbangkan keuntungan yang akan diperoleh (Tauhid et al, 2005).

PRINSIP-PRINSIP PENERAPAN BIOSEKURITI PADA PEMBENIHAN IKAN
Biosekuriti merupakan serangkaian usaha untuk mencegah atau mengurangi peluang masuk-   nya suatu penyakit pada unit pembenihan dan mencegah penyebarannya dari suatu tempat ke tempat   lain yang masih bebas. Didalam Pedoman Cara Pembenihan Ikan yang Baik penerapan biosekuriti   dapat dilakukan secara fisik melalui  : 1) Pengaturan tata letak, 2) Pengaturan akses masuk ke lokasi unit pembenihan, 3) Sterilisasi wadah, peralatan dan ruangan, 4) Sanitasi Lingkungan, dan 5) Pengolahan limbah hasil kegiatan pembenihan. 
 

1.      Pengaturan tata letak
Pengaturan tata letak yang baik dalam suatu unit pembenihan dapat mencegah penyebaran organisme pathogen dan kontaminasi bahan kimia yang tidak diinginkan dari suatu area ke area yang lainnya. Oleh karena itu dilakukan pengaturan tata letak berdasarkan alur produksi, dilakukan pemagaran/penyekatan dan pengaturan penyimpanan sarana produksi pada tempat yang sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Pengaturan berdasarkan alur produksi adalah menata tata letak serta aliran input di masing-masing sub unit secara berurutan mulai dari sub unit karantina, induk, pemijahan, dan penetasan, pemeliharaan benih, penyediaan pakan hidup  sampai pemanenan benih sehingga mencegah kontaminasi pathogen antar sub unit.
Pemagaran keliling pada bagian terluar dari batas unit pembenihan dilakukan untuk membatasi masuknya orang atau hewan yang berpotensi membawa organisme patogen ke dalam unit pembenihan. Selain itu juga perlu penyekatan antara area sub unit produksi yang satu dengan yang lain untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.
Penyimpanan pakan, bahan kimia, dan obat-obatan pada tempat yang terpisah dengan kondisi sesuai dengan petunjuk teknis. Hal ini dilakukan karena penurunan kualitas dari ketiganya akan mengakibatkan proses pembenihan yang dilakukan tidak efektif.

2.      Pengaturan akses keluar masuk ke lokasi unit pembenihan
Masuknya personil, kendaraan, bahan dan peralatan ke lokasi unit pembenihan dapat menjadi sumber transmisi organisme pathogen masuk ke unit pembenihan. Pengaturan akses masuk ke lokasi unit pembenihan dapat dilakukan dengan membatasi akses masuk hanya satu pintu dan menyediakan sarana sterilisasi. Demikian pula untuk masing-masing sub unit produksi sebaiknya melalui satu pintu dengan menyediakan sarana sterilisasi.
Pada pintu masuk utama unit pembenihan, harus disediakan sarana sterilisasi bagi roda kendaraan yang akan masuk ke dalam lingkungan unit pembenihan. Sarana celup roda umumnya terbuat dari semen/beton dengan ukuran luas dan kedalaman disesuaikan dengan lebarnya jalan serta kendaraan. Sarana celup dibuat di bagian dalam atau di belakang pagar pintu gerbang lingkungan unit pembenihan. Bahan sterilisasi yang aman digunakan antara lain adalah cairan Kalium Permanganat (KMnO4).
Sarana sterilisasi alas kaki (foot bath) merupakan tempat untuk sterilisasi alas kaki personil yang akan masuk ke dalam ruang produksi. Sarana sterilisasi alas kaki dapat terbuat dari bak semen maupun bahan lain dengan ukuran sesuai ukuran pintu masuk. Sarana sterilisasi berada di depan pintu masuk ruang produksi. Bahan sterilisasi yang aman digunakan antara lain adalah cairan klorin, Kalium Permanganat (KMnO4).


Gambar 1. Sarana sterilisasi alas kaki di pintu masuk unit pembenihan

3.      Sterilisasi wadah, peralatan dan ruangan
Wadah dan peralatan yang digunakan dalam suatu pembenihan ikan berpotensi untuk menyebarkan sumber penyakit. Oleh karena itu perlu dilakukan sterilisasi wadah dan peralatan dengan cara bak pemeliharaan dan peralatan yang akan digunakan untuk pemeliharaan larva terlebih dahulu didesinfektan dengan larutan kaporit 100 -150 ppm (bahan aktif 60%) dan dibiarkan selama   1-2 hari. Setelah 1-2 hari bak pemeliharaan dan peralatan dicuci dengan sabun sampai kaporit yang menempel pada dinding dan bak dasar bersih.
Sedangkan sarana pipa pengairan dan aerasi harus diberi desinfektan dan dikeringkan setiap selesai satu siklus produksi. Selain menggunakan bahan desinfektan dapat dibantu dengan penjemuran sinar matahari. Sterilisasi ruangan atau bangsal pembenihan bertujuan memutus siklus hidup organisme yang tidak dikehendaki, dilakukan pada lantai, dinding, atap dan sudut-sudut ruangan yang sulit dibersihkan dengan cara fumigasi atau penyemprotan bahan desinfektan oksidatif yang direkomendasikan.

4.      Sanitasi lingkungan
Lingkungan yang mempunyai sanitasi yang baik dapat memperkecil peluang berkembangnya organisme pathogen. Upaya sanitasi lingkungan pembenihan ini harus didukung oleh tersedianya fasilitas pendukung kebersihan yang memadai, antara lain: peralatan kebersihan, tempat sampah dan toilet.
Di masing-masing sub unit produksi harus tersedia tempat sampah tertutup dan selalu dibersihkan setiap hari. Toilet ditempatkan terpisah dari unit produksi benih dengan septic tank berjarak minimal 10 meter dari sumber air. Toilet harus dilengkapi dengan sabun antiseptik.

5.      Pengolahan limbah hasil kegiatan pembenihan
Air yang digunakan untuk pemeliharaan induk dan benih, setelah tidak dipakai dan dibuang akan membawa bahan kimia atau bahan biologi yang dipakai dalam proses produksi yang berpotensi mencemari lingkungan perairan sekitarnya. Oleh karena itu, air buangan dari proses produksi ini sebelum sampai ke perairan umum atau lingkungan sekitarnya harus diolah terlebih dahulu agar menjadi netral kembali. Untuk maksud ini maka setiap unit pembenihan harus mempunyai bak/petak pengolah limbah untuk bahan organik, mikroorganisme dan bahan kimia.

6.      Pengaturan personil/karyawan
Dalam penerapan biosecurity di suatu unit pembenihan, pengaturan personil/karyawan menjadi sangat penting agar penerapan biosecurity dapat berjalan efektif dan aman bagi personil/karyawan yang terlibat di dalamnya dan berkomitmen untuk melaksanakannya. Upaya pengaturan dimulai dengan pemahaman bahwa personil/karyawan yang terlibat dalam proses pemeliharaan/produksi mempunyai potensi menjadi pembawa organisme pathogen. Cara yang dapat dilakukan dalam pengaturan personil/karyawan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

-          Pakaian dan perlengkapan kerja
Pakaian dan perlengkapan kerja personil/karyawan yang tidak bersih dapat menjadi sumber kontaminan atau agen transmisi organisme pathogen bagi benih ikan yang dipeliharanya, dan dapat pula mempengaruhi kesehatan personil/karyawan yang memakainya. Untuk sterilisasi dan melindungi kesehatan personil/karyawan maka pemakaian sepatu boot merupakan keharusan selama dalam bekerja. Setiap personil/karyawan sebaiknya menggunakan sarung tangan dan menggunakan penutup hidung bila  bekerja dengan bahan kimia dan obat-obatan.

-          Sterilisasi alas kaki dan tangan
Pada saat memasuki sub unit produksi, karyawan sebaiknya untuk melakukan sterilisasi alas kaki dan tangannya sebelum dan setelah melakukan pekerjaan. Dalam melakukan pekerjaan di unit pembenihan seringkali digunakan bahan kimia, bahan biologi dan obat obatan yang dapat berpotensi berbahaya bagi personil/karyawan yang terlibat di dalamnya. Agar bahan tersebut tidak meracuni personil/karyawan maka sebaiknya bagi personil/karyawan untuk cuci tangan/kaki segera setelah selesai melakukan pekerjaan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar